Vuja de, Segway dan Intuisi

17 Oktober 2024 di Buku oleh Amelia Zahara4 menit

Vuja de, Segway dan Intuisi

Bertahun-tahun yang lalu, para psikolog menemukan ada dua jalan menuju keberhasilan yaitu: konformitas dan orisinalitas. Konformitas adalah mengikuti orang kebanyakan di jalur konvensional dan menjaga status quo (keadaan sebagaimana adanya). Sedangkan orisinalitas merupakan memilih jalur yang lebih jarang dilalui, tetapi akhirnya menjadikan segala sesuatu menjadi lebih baik.

Apa itu orisinal? Secara definisi dapat dijelaskan sebagai berikut: (a) orisinal (adj.) asal-usul atau sumber dari sesuatu, sesuatu bersumber, dimulai, atau berasal darinya. (b) orisinal (n.) sesuatu dengan karakter tunggal atau unik, seseorang yang berbeda dari orang lain dengan cara yang memikat atau menarik; seseorang berkapasitas inisiatif atau inventif.

Tentu saja tidak ada yang benar-benar orisinal, dalam arti bahwa seluruh ide yang dimiliki dipengaruhi oleh hal-hal yang dipelajari dari dunia sekitar. Kita selalu meminjam pemikiran, baik secara sengaja ataupun tidak. Karena itu, manusia rentan terhadap ‘kleptomnesia‘ yaitu secara tidak sengaja mengingat ide-ide orang lain sebagai ide kita sendiri. Orisinalitas sendiri bermula dari kreativitas, yaitu membentuk sebuah konsep baru yang sekaligus bermanfaat dengan mengambil tindakan inisiatif untuk mewujudkan visinya.

Ciri khas orisinalitas adalah menolak status quo dan mencari pilihan yang lebih baik. Titik awalnya adalah keingintahuan, yaitu dengan memikirkan secara mendalam mengapa sesuatu yang default itu ada pada mulanya. Menerima sistem yang sudah ada berfungsi sebagaimana penenang. Itulah obat pereda rasa sakit emosional: jika dunia sudah seharusnya seperti ini, maka tidak perlu kecewa dengannya. Namun, kepasrahan ini juga dapat melenyapkan kemarahan moral dari diri untuk melawan hal-hal yang bertentangan seperti ketidakadilan dan hasrat kreatif untuk memikirkan cara-cara alternatif.

Seseorang terdorong untuk mempertanyakan keberadaan hal yang default saat mengalami vuja de, kebalikan dari deja vu. Deja vu terjadi saat menemui sesuatu yang baru, tetapi rasanya seolah kita pernah melihatnya sebelumnya. Vuja de adalah kebalikannya, yaitu kita menghadapi sesuatu yang familier, tetapi kita melihatnya dengan sudut pandang baru yang membuat kita mendapatkan wawasan baru untuk masalah lama. Saat seseorang menjadi penasaran mengenai keadaan default yang tidak memuaskan di dunia, ia mulai menyadari bahwa sebagian besar keadaan itu punya asal-usul sosial: aturan dan sistem diciptakan oleh orang. Kesadaran ini bagi orisinalitas membangkitkan keberanian untuk memikirkan cara mengubahnya.

Segway, merupakan alat transportasi personal yang bisa menjaga keseimbangan sendiri. Time menyebutnya sebagai satu dari sepuluh kegagalan teknologi terbesar dalam dekade ini.

Penemu Segway adalah seorang ahli teknologi bernama Dean Kamen. Setelah menyadari penerapan yang lebih luas untuk teknologi yang telah berhasil ia temukan, ia membentuk tim yang membantunya menciptakan Segway. Tujuannya adalah membuat kendaraan yang aman dan hemat bahan bakar, sehingga mengurangi populasi dan membantu orang menembus kemacetan kota. Karena kecil, ringan, dan seimbang kendaraan ini akan cocok bagi tukang pos, polisi, dan pemain golf. Namun, kendaraan ini juga pada dasarnya berpotensi menggantikan transportasi sehari-hari. Segway adalah teknologi paling luar biasa yang pernah dibuat oleh Dean Kamen. Ia meramal bahwa kendaraan ini akan menjadi “pengganti mobil seperti mobil menggantikan kereta kuda”.

Saat pengembangan ide, biasanya seseorang terlalu dekat dengan selera sendiri dan terlalu jauh dari selera pengguna ide, sehingga tidak dapat mengevaluasinya secara akurat. Hal ini disebabkan oleh momen eureka yaitu perasaan kemenangan karena berhasil mengatasi sebuah hambatan. Para pengembang ide rentan menjadi korban dari apa yang disebut dengan bias informasi: mereka fokus pada kekuatan ide, tetapi mengabaikan atau meremehkan keterbatasannya. Dan rasa percaya diri berlebihan mungkin cenderung sulit diatasi di wilayah kreatif.

Banyak orang gagal menciptakan orisinalitas karena mereka menghasilkan sedikit ide dan kemudian terobsesi untuk mengasahnya agar menjadi sempurna. Ketika menggarap Segway, Dean Kamen tidak memberi kesempatan pada umpan balik. Ia khawatir akan ada yang mencuri idenya atau konsep dasarnya akan diketahui publik terlalu cepat, ia membuat aturan kerahasiaan ketat. yang sebenarnya adalah, cara terbaik agar lebih piawai menilai ide sendiri adalah dengan mengumpulkan umpan balik. Ungkapkan banyak ide dan lihat ide mana yang dipuji atau diterima oleh sasaran pengguna. Ketika Segway dibuat, tim-nya telah menghasilkan sejumlah ide besar, tetapi tidak mendapat masukan kritis yang cukup dari pengguna untuk menentukan pilihan produk akhir yang tepat.

Keyakinan pada ide sendiri itu berbahaya, bukan saja karena membuat rentan terhadap ide positif salah, tetapi juga membuat berhenti menghasilkan variasi yang dibutuhkan untuk meraih potensi kreatif.

Saat mendapatkan di suatu bidang, kita terpenjara oleh prototype kita sendiri.

Intuisi dapat mengalahkan analisis karena pikiran tak sadar lebih ahli dalam mengenali pola. jika mendapat waktu untuk berpikir, pola umum mudah lenyap dalam detail. Jika tidak mengetahui sesuatu tersebut, intuisi tidak akan dapat membantu. Jika berhubungan dengan hal yang tidak familier, anda harus mundur dan menilainya. Orang non-ahli akan membuat penilaian yang lebih tepat jika melakukan analisis menyeluruh.

Intuisi hanya akurat di bidang yang kita memiliki pengalaman atasnya. Intuisi hanya dapat dipercaya saat seseorang berpengalaman membuat penilaian di lingkungan yang terprediksi olehnya. Intuisi dapat bekerja dengan cepat berdasarkan emosi yang sedang hangat, sementara nalar adalah proses yang lebih lambat dan dingin. Sekalipun yakin untuk melibatkan intuisi dalam pengambilan keputusan, libatkan juga nalar atasnya.

Referensidari buku ORIGINALS karya Adam Grant